Kota Bekasi – MediaTitikKarya.Com - Kasus HIV/AIDS di Kota Bekasi meledak tadi hanya 3.600 kasus kini melonjak tajam hingga mencapai sekitar 6.000 kasus pada 2025, tak hanya itu diperkirakan bahwa sekitar 9.033 orang LGBT atau sekitar 0,44 persen dari total populasi di Kota Bekasi. mayoritas penderita HIV/AIDS di Bekasi berasal dari kelompok usia produktif 15–36 tahun. Angka itu membuat Bekasi duduk di posisi kedua terbanyak di Jawa Barat setelah Kota Bandung. Fakta mencengangkan ini dirilis langsung oleh Dinas Kesehatan Kota Bekasi.
Legislator Anggota Komisi IV DPRD Kota Bekasi Siti Mukhliso dari Fraksi PKS berpendapat ada beberapa faktor penyebab tingginya kasus HIV di Kota Bekasi antara lain adalah perilaku seksusal berisiko tinggi, seks bebas atau berganti ganti pasangan yang banyak terjadi di kelompok produktif penyalahgunaan Narkoba.
Umi sapaan Akrab nya Siti Mukhliso Menurutnya, pandangan Stigmatisasi terhadap ODHA yaitu anggapan buruk mungkin kemudian efeknya kepada pengucilan ketidakpahaman, ketakutan berlebihan dan ketidaksamaan persepsi moral. akhirnya menjadi BEBAN Psikologis penderita ODA (Orang dengan Aids) kemudian mereka merasa malu dan segala macam.
"Jadi Tinggi nya Penderita HIV/AIDS sampai Ribuan seperti itu Tidak hanya di sebabkan oleh perilaku Seksual atau Seks Bebas saja Tetapi bisa jadi mereka yakni masyarakat Awam berada di wilayah Rentan ODHA , Ketika penderita HIV tidak berobat otomatis pada saat mereka berinteraksi dengan Teman keluarga Kerabat kemungkinaan berefek kepada lingkungan sekitar maka ada dugaan ikut terpapar rentan dengan resiko HIV / AIDS.
Kedua boleh jadi data yang ada itu adalah karena memang banyak aduan laporan dan seterusnya juga menjadi salah satu faktor tinggi nya lonjakan penderita yang harus diperhatikan yang Ketiga karena memang Kota Bekasi merupakan Kota Metropolitan yang maju dan Modern seperti Kota Jakarta 11 12 itu dia tinggi nya penyebab HIV di kota bekasi." Jelas Siti Mukhliso
Kebijakan-kebijakan dalam Pencegahan penanggulangan HIV di Kota Bekasi mengacu pada antara lain ;
1) Peraturan Daerah Kota Bekasi No.03 Tahun 2009 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan IMS di Kota Bekasi
2) Peraturan Wali Kota Bekasi Nomor 72 Tahun 2017 tentang Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bekasi.
dalam menanggulangi permasalahan ini, Kami legislatif selaku pengawas kebijakan akan bersinergi dengan OPD terkait seperti Dinas Kesehatan, dan juga lembaga masyarakat seperti LSM Peduli HIV/AIDS (apakah nantinya sebagai ahli atau mitra) dan juga tokoh masyarakat.
Telah menyiapkan langkah-langkah yang dilakukan dalam Penanggulangan HIV dan Edukasi Penyuluhan bagi penderita ataupun masyarakat umum adalah antara lain:
1. Grup Puskesmas Dan Rumah Sakit Untuk Mempercepat Koordinasi Dan Pelaporan Kasus,
2. Workshop HIV bagi petugas di Rumah Sakit se-Kota Bekasi,
3. Lokakarya Triple Eliminasi bagi Ibu Hamil dengan IBI Kota Bekasi,
4. Skrining HIV untuk kelompok beresiko yang ada di dalam sasaran Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Program HIV,
5. Skrining dan Edukasi tentang HIV di setiap hari minggu pada saat Car Free Day Kota Bekasi,
6. Berkolaborasi dengan LSM/ Penggiat HIV Kota Bekasi di kegiatan Edukasi tentang Kesehatan Seksual dan HIV yang dilaksanakan pada saat CFD.
Jika Berbicara tentang Anggaran Terhadap penyakit Menular sepeeti HIV/AIDS dan lain nya Alokasi Anggaran memang ADA, tetapi berapa Jumlah nya belum besar untuk nominal nya belum tahu . kami sebagai legislator dan juga eksekutif harus bisa bersinergi kolaborasi untuk fokus menyelesaikan pada persoalan pelayanan kesehatan.
"saya sebagai anggota dewan kita nanti akan coba bawa dan dorong kedalam Pokir pokir DPRD dan saling menguatkan agar persoalan pelayanan kesehatan ini dapat terselesaikan tidak hanya berhenti di pelayanan kesehatan tapi memang harus membangun kesadaran bersama agar kasus HIV sama LGBT setali tiga uang, semuanya memiliki keterkaitan dan hubungan yang sangat erat. tentu saja edukasi tidak pernah ada kata henti penyuluhan kepada masyarakat pembangunan kesadaran masyarakat kita libatkan lintas agama, lintas keyakinan karena HIV LGBT ini persoalan Kemanusiaan bagaimana orientasi-orientasi seksualitas masyarakat itu terjaga terpelihara orientasi Sehat." Ujar Siti
Tentu saja pengobatan pengidap AIDS yang dikenal dengan ODA (Orang Dengan AIDS) dianjurkan mengonsumsi obat Antiretroviral (ARV). Obat ini diistilahkan sebagai fix dose combination yaitu kombinasi dari beberapa jenis obat agar pasien dapat lebih mudah mengkonsumsinya. Fungsi dari ARV adalah untuk menghambat pertumbuhan virus agar ODHA tidak terkena infeksi oportunistik, dan mereka bisa tetap produktif seperti non-ODHA.
Obat ARV dapat menekan perkembangbiakan atau replikasi virus dalam tubuh sehingga gejala-gejala yang timbul semakin membaik diikuti dengan perbaikan kualitas hidup. Pengobatan dilakukan dengan tertib diminum dalam jangka waktu yang sama setiap hari seumur hidup.
Umi Siti memastikan Ketersediaan stok obat bagi penderita HIV/AIDS ADA dan tersedia tetapi belum maksimal. Kenapa hal itu terjadi?
pertama dari sisi biaya sebenarnya pembiayaan pembelian Obat ARV bisa seharga jutaan. Maka dari itu kami Legislatif mendesak Pemerintah Kota Bekasi mengajak seluruh lembaga lembaga kesehatan Luar seperti WHO dan negara AS , agar menyediakan dan memfasilitasi ketersediaan pengadaan obat ARV bagi penderita.
"karena Pembelian Obat yang Mahal sampai Jutaan pasti jadi Kendala mungkin bagi penderita lebih baik Uang nya di pakai untuk Makan daripada untuk beli Obat juga penebusan obat ARV tersebut tidak dapat di Cover atau di tanggung oleh BPJS , saat ini BPJS meng krucut pada kebijakan kebijalan tertentu karena setau saya penyakit yang tidak di-cover BPJS Kesehatan.
- Penyakit yang berupa wabah Virus atau penyakit menular seperti HIV
- Perawatan yang berhubungan dengan kecantikan dan estetika, seperti operasi plastik.
- Perawatan gigi seperti behel.
- Penyakit akibat tindak pidana, seperti penganiayaan atau kekerasan seksual.
- Penyakit atau cedera akibat sengaja menyakiti diri sendiri atau usaha bunuh diri.
- Penyakit akibat konsumsi alkohol atau ketergantungan obat.
- Pengobatan mandul atau infertilitas.
- Penyakit atau cedera akibat kejadian yang tak bisa dicegah, seperti tawuran
maka nya perlu penguatan keseriusan dari pemerintah kota bekasi kalau memang mau menanggulangi berkurang nya kasus HIV di kota bekasi dengan Cara Meng Lokalisir penderita dengan mengobati mereka maksimal kemudian memberikan Edukasi Pencegahan HIV dan dukungan moral agar mereka menjadi orang orang sadar penting nya gerakan hidup sehat dan fokus pada penyelesaian Persoalan Kesehatan sehingga masyarakat menjadi Terjaga dan terpelihara