Notification

×

Iklan

Iklan

Wildan Fathurrahman : peringati Hari Santri Nasional beberkan Langkah Konkret memperkuat kolaborasi antara pemkot dan pesantren

| 10/22/2025 09:52:00 AM WIB Last Updated 2025-10-22T03:06:45Z

 





Kota Bekasi – MediaTitikKarya.Com - Dalam momentum peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2025, anggota DPRD Kota Bekasi Wildan Fathurrahman, S.Kep., N.S. menyampaikan refleksi mendalam tentang makna santri bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui unggahan di media sosial pribadinya, Wildan menegaskan bahwa Hari Santri bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi momen untuk menumbuhkan kembali semangat perjuangan dan pengabdian santri dalam membangun bangsa.

“Setiap 22 Oktober, kita memperingati Hari Santri Nasional bukan hanya sebagai tanggal di kalender, tetapi sebagai hari mengenang ruh perjuangan,” tulis Wildan. Ia mengingatkan bahwa semangat keikhlasan, kesederhanaan, dan pengabdian yang melekat pada diri santri harus terus hidup dan menjadi teladan bagi masyarakat luas.

Wildan juga menyoroti pentingnya implementasi Peraturan Daerah (Perda) tentang Pesantren di Kota Bekasi agar benar-benar berjalan optimal. Ia menilai, perda tersebut merupakan langkah luar biasa, namun belum sepenuhnya memberikan dampak nyata bagi pesantren dan para santri.

“Bila perda ini dijalankan dengan sungguh-sungguh, dampaknya akan luar biasa. Pesantren bisa menjadi mitra pembangunan, pusat pembinaan moral, dan motor pemberdayaan ekonomi umat,” ungkapnya.

Untuk itu, Wildan mendorong agar Hari Santri dijadikan momentum memperkuat kolaborasi antara pemerintah daerah dan pesantren melalui beberapa langkah konkret, di antaranya:

1. Menjalankan Perda Pesantren dengan peta jalan yang jelas.
2. Membentuk Santri Digital Center untuk literasi dan dakwah di dunia maya.
3. Membangun Eco-Pesantren di Bantar Gebang.
4. Mengembangkan kemitraan UMKM Santri.
5. Menyelenggarakan Festival Santri Bekasi.


Saya bersyukur pernah menempuh jalan panjang di tiga pesantren: Cipulus Purwakarta, Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya, dan Azzainiyyah Sukabumi. 

Wildan menegaskan bahwa nilai-nilai yang ditanamkan selama di pesantren menjadi fondasi dalam pengabdiannya saat ini.

“Santri bukan hanya soal atribut, Di tempat-tempat itu saya belajar bahwa ilmu bukan sekadar hafalan, tapi cahaya. Santri harus jadi lentera yang memberi cahaya bagi sekitarnya Dan cahaya itu tak akan memancar jika hati tidak bersih. tapi nilai.,” ujarnya.



KH. Hasyim Asy’ari dalam Adab al-‘Alim wal-Muta‘allim menulis: “Barang siapa memuliakan ilmu dan ahlinya, maka Allah akan meninggikan derajatnya di dunia dan di akhirat.” Dari pesantren, lahir para pendidik, pemimpin, bahkan negarawan. Santri mengajarkan kita bahwa kemajuan tidak lahir dari kemewahan, tapi dari kesungguhan dan ketulusan.


Menurut data Kementerian Agama tahun 2024, Indonesia kini memiliki lebih dari 40.000 pesantren dan 5 juta santri. Jumlah itu bukan kecil — tapi yang lebih besar adalah kontribusi moral yang mereka berikan. Namun, kita juga harus jujur: tidak semua pesantren hidup dalam kenyamanan. Masih banyak pesantren di pinggiran yang kekurangan fasilitas, minim dukungan, dan bertahan dengan swadaya masyarakat.


Kota Bekasi, tempat saya berkhidmat hari ini, adalah kota yang dinamis — kota industri, urban, dan multikultur. Namun di balik gedung-gedung tinggi dan jalanan sibuk, masih banyak pesantren berdiri tegak, menjadi penyejuk di tengah panasnya kota.


Bekasi telah melangkah maju dengan adanya Peraturan Daerah tentang Pesantren. Ini langkah luar biasa — tidak banyak kota yang punya perda semacam ini. Namun, jujur harus diakui: implementasinya belum berjalan optimal. Banyak pesantren belum merasakan dampak nyata. Padahal bila perda ini dijalankan dengan sungguh-sungguh, dampaknya akan luar biasa: pesantren bisa menjadi mitra pembangunan, pusat pembinaan moral, dan motor pemberdayaan ekonomi umat.


Hari Santri bukan hanya seremoni, tapi cermin untuk bercermin. Pemerintah Kota Bekasi perlu memastikan bahwa Perda Pesantren dijalankan dengan niat yang tulus dan arah yang jelas. Karena dari pesantren, masyarakat belajar arti tanggung jawab dan kejujuran — nilai yang sedang mahal di dunia birokrasi.


Sebagai alumni tiga pesantren, saya membawa nilai-nilai itu ke dalam pengabdian saya hari ini. Nilai kesederhanaan, tanggung jawab, dan kerja ikhlas harus hadir dalam setiap langkah kita membangun kota. Santri adalah lentera. Lentera tidak menuntut tempat tinggi, tapi selalu berusaha memberi cahaya ke sekitarnya.


Ia juga menutup pesannya dengan seruan inspiratif, “Santri tidak boleh jadi penonton di tanah airnya sendiri. Dari santri — insyaAllah — masa depan Bekasi akan terus bersinar dengan keberkahan, keadilan, dan keteladanan.”

×
Berita Terbaru Update